Potensi Pengembangan Budidaya Ikan Di Kab.Kotim Dengan Sistem Bioflok

Budidaya dibidang perikanan saat ini terus berkembang seiring dengan perkembangan tekhnologi. Inovasi budidaya ikan yang saat ini sedang dikembangkan adalah dengan sistem bioflok. Pengembangan sistem bioflok ini sudah dilakukan oleh Dinas Perikanan Kab.Kotim sejak tahun 2018 di Desa Ujung Pandaran tepatnya di wilayah relokasi dan akan dikembangkan  juga ke daerah lainnya yang potensial untuk dikembangkan.  Untuk tahap awal ini Dinas Perikanan telah memberikan bimbingan teknis dan sosialisasi  kepada pembudidaya ikan sehingga  memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam membudidayakan ikan dengan sistem bioflok ini. Dengan menerapkan sistem budidaya ini, diharapkan kedepan dapat meningkatkan produksi ikan dengan hemat pakan. Hal Ini dikarenakan selain pemasaran dan modal yang dikeluarkan realtif  rendah, sistem budidaya ini dapat memanfaatkan pekarangan/lahan yang sempit dan sangat ramah lingkungan karena limbah buangan dari sistem ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman. Sistem budidaya ini mempunyai keuntungan antara lain:

*  Sedikit pergantian air, karena flok harus terjaga agar tetap menjadi gumpalan.

*  Efisien/hemat  pakan

*  Pada penebaran benih  lebih tinggi (mencapai 3000 ekor/m3)

*  Produktivitas tinggi

Sesuai dengan namanya Bioflok, merupakan gabungan dari kata “bio” (kehidupan) dan “flock” (gumpalan) sehingga bioflok dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari berbagai organisme hidup seperti bakteri, mikroalga, protozoa, ragi dan sebagainya, yang menyatu menjadi gumpalan. Sistem bioflok ini, dengan menambahkan organisme hidup (probiotik) yang berperan tidak hanya sebagai pakan tambahan alami bagi ikan tetapi juga menjaga kualitas air sehingga ikan lebih sehat. Jenis kolam yang digunakan dengan  sistem bioflok ini adalah kolam terpal bulat dengan diameter 3 m. Kolam terpal bulat banyak digunakan dalam sistem bioflok karena lebih efisien/praktis  (bisa bongkar pasang), perputaran air lebih baik, hemat biaya serta mudah diterapkan di lahan sempit/terbatas. Berbagai jenis ikan dapat dibudidayakan dengan sistem bioflok dengan mnggunakan kolam terpal  bulat seperti ikan lele, nila, patin, mas, gurame dll. Ikan lele lebih sering dibudidayakan dengan sistem ini karena ikan lele tergolong mudah dibudidayakan kerena kemampuannnya bertahan hidup dan adaptasi yang sangat tinggi terhadap kondisi air/lingkungan hidupnya. Sistem budidaya bioflok mempunyai kebihan dan kekurangan.

 

Kelebihan sistem bioflok:

  • pH relatif stabil ( pH 7 – 7,8 ), pH cenderung rendah, sehingga kandungan amoniak (NH3)/racun relatif kecil.
  • Tidak tergantung pada sinar matahari dan aktivitasnya akan menurun bila suhu rendah.
  • Tidak perlu ganti air (sedikit ganti air) sehingga biosecurity (keamanan terjaga)
  • Limbah kolam (kotoran, algae, sisa pakan,amonia) didaur ulang dan dijadikan makanan alami
  • Lebih ramah lingkungan

Kekurangan sistem bioflok:

  • Tidak bisa diterapkan pada tambak/kolam yang bocor/rembes karena tidak ada /sedikit pergantian air
  • Memerlukan peralatan/aerator cukup banyak sebagai suplai/penghasil oksigen, sehingga aerasi harus hidup terus (24/jam/hari), bila aerasi kurang, maka akan terjadi pengendapan bahan organik. Resiko munculnya H2S (hidrogen sianida) lebih tinggi karena pH airnya lebih rendah
  • Pengamatan harus lebih jeli dan sering muncul kasus nitrit dan amoniak(racun)
  • Kurang cocok untuk tanah yang mudah teraduk (erosi), jadi dasar tanah harus benar-benr padat (dasar berbatu/sirtu, semen atau plastik HDFE)
  • Bila warna air terlalu pekat maka dapat menyebabkan kematian bertahap karena krisis oksigen (BOD) tinggi
  • Untuk itu suspended solid dari floc harus selalu diukur. Bila telah mencapai batas tertentu, floc harus dikurangi dengan cara konsumsi pakan diturunkan

Hal-hal yang patut diperhatikan pada sistem bioflok ini antara lain pentingnya aerasi untuk mengaduk bahan organik agar terurai dengan baik. Selain itu juga aerasi berfungsi untuk menambah oksigen dan menjaga kadar pH sehingga disini diperlukan peralatan/aerator yang cukup banyak sebagai suplai oksigen. Manajemen pemberian pakan juga perlu diperhatikan. Setelah benih ditebar ke dalam kolam, sebaiknya benih dipuasakan selama 2 hari untuk proses adaptasi dengan lingkungan. Ada pula masanya ikan tidak diberi pakan pelet untuk memanfaatkan flok yang tersedia. Periodenya adalah sehari dalam seminggu dimulai pada minggu kedua setelah penebaran.

Tehnologi bioflok ini akan terus didorong untuk diterapkan dan dikembangkan di berbagai  daerah di Kab.Kotim sehingga dapat menjadi salah satu solusi bagi pembudidaya ikan diperairan umum dan laut yang tidak bisa lagi melaksanakan produksi untuk beralih ke daratan dan melakukan budidaya ikan. Dengan sistem ini diharapkan produksi ikan di Kab. Kotim bisa meningkat sehingga dapat meningkatkan perekonomian rakyat dan  membantu suplai  sumber pangan ikan di Kab.Kotim guna memenuhi kebutuhan gizi masyarakat dari protein hewani.